
Oleh:Buhadi Den Anom
Penghulu Profesional
KUA Kec.Jatibanteng Kab.Situbondo
Perkawinan adalah pintu gerbang menuju sebuah rumah tangga,dimana
didalamnya terlibat dua orang manusia,seorang pria dan seorang wanita yang
diikat oleh tali perkawinan,yang akhirnya dari padanya terlibat pula anak-anak
yang dilahirkan akibat pertalian nikah antara keduanya.Selanjutnya,tujuan dari
perkawinan adalah membentuk sebuah keluarga bahagia.Dalam perspektif ajaran
islam populer dengan ungkapan keluarga sakinah.
Keluarga sakinah adalah suatu ungkapan
untuk menyebut sebuah keluarga yang penuh damai,tentram dan bahagia.Jadi
keluarga sakinah adalah sebuah keluarga yang ideal dalam rumah tangga,yang
secara fungsional dapat mengantar orang pada cita-cita dan tujuan membangun
keluarga.Dan secara teoritis,membangun sebuah keluarga yang ideal-keluarga sakinah-biasanya jarang
terjadi,tidak mudah seperti membalik telapak tangan.Tapi butuh proses dan
perjuangan,makanya dalam alqur’an surah ar-Rum ayat 21 menggunakan
redaksi”Litaskunu Ilaiha” yang artinya bahwa Tuhan menciptakan perjodohan bagi
manusia agar yang satu merasa tentram terhadap yang lain.Dalam gramatikal
bahasa arab, “Litaskunu” pada ayat tersebut diatas,sebenarnya memiliki makna
yang bersifat akan datang alias belum terjadi.Ini terlihat dari tata bahasa
yang digunakan:agar supaya tentram(litaskunu).
Kata “agar supaya tentram” berarti
belum terjadi.Karena itu butuh proses dan perjuangan untuk
mewujudkannya.Kembali pada pokok soal,bahwa dalam konteks keluarga sakinah
dalam prosesnya tidak terjadi mendadak,tetapi memerlukan sebuah perjuangan dan
pengorbanan serta pilar-pilar yang kokoh yang mampu membingkai bangunan
keluarga dari terpaan badai kehidupan.Oleh karena itu,tulisan mini ini akan
mencoba mengurai tentang pilar-pilar
keluarga sakinah yang disadur dari beberapa bait kitab Alfiyah Ibnu Malik
yaitu:
*.Kalamuna lafdzun mifidun kastaqim *
Wasmun wafi’lun tsumma harfunilkalim.
*.Farfa’ bidhammin wansiban fathan
wajur * Kasran kadzikrullahi abdahu yasur.
Artinya:
Komunikasi kita harus menggunakan
redaksi yang baik,hendaklah kamu kosisten dalam hal ini.Komunikasi menggunakan
media berupa,nama,perbuatan,kemudian dialektika bahasa.Maka mari kita galang
kebersamaan,transparansi,hindari perpecahan,dan kita akhiri dengan doa kepada
Allah SWT isya Allah jalan kesuksesan akan terbentang mudah.
PILAR KELUARGA SAKINAH
Jika kita menganalogikan keluarga
sakinah bagai sebuah bangunan megah,maka dapat dipastikan adanya pilar-pilar
kokoh yang mampu menyangga bangunan tersebut menjadi tahan gempa dan tsunami
kehidupan.Begitu pula keluarga sakinah,butuh pondasi iman dan taqwa serta lima
pilar sebagai instrumennya,diantaranya:
Pertama,”Kalamuna
lafdzun mufidun kastaqim” yang artinya bahwa perlu adanya komunikasi dengan
menggunakan redaksi yang baik dan patut secara kontinyu.Sebab sejatinya dalam
membina rumah tangga pasangan suami istri tidak lepas dari masalah yang selalu
menggelinding dalam kehidupannya,oleh karena itu komunikasi memiliki peran
penting dalam memecahkan dan menyelesaikan sebuah masalah.
Kita melihat dalam potret kehidupan
sehari-hari banyak dijumpai pasangan suami istri yang terjebak dalam konflik
berkepanjangan,hanya karena sebab yang sepele dan remeh.Mereka tidak mampu
mengungkapkan keinginan dan perasaan secara lancar kepada pasangannya,yang
berdampak muncul salah paham dan memicu emosi serta kemarahan pasangan.Ini
menunjukkan adanya komunikasi yang tidak lancar alias gagal,sehingga berpotensi
merusak suasan hubungan antara suami dengan istri.Sekali lagi,disinilah
pentingnya komunikasi yang aktif antara suami dan istri dalam menjalin hubungan
dalam rumah tangga.Agar komunikasi antara suami dan istri bisa efektif,ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak antara lain:
1. Mengetahui
ragam komunikasi,dari berbicara,menulis,hingga menyampaikan pesan berbagai
media.
2. Bersikap
empati,memposisikan diri anda pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang
dialami pasangan.
3. Fleksibel,komunikasi
kadang memerlukan suasana dan gaya serius,namun ada kalanya lebih efektif
menggunakan suasana dan gaya santai.
4. Memahami
bahasa non verbal,kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan anda sudah
mengisyaratkan pesan.
5. Jadilah
pendengar yang baik,jangan menguasai kumunikasi dengan terlalu banyak bicara
dan tidak mendengar.
6. Egaliter,hilangkan
sekat pembetas antara anda dengan pasangan yang menghalangi kehangatan
komunikasi.
7. Hindarkan
kalimat dan gaya yang menyakiti hati pasangan yang menghalangi kehangatan
komunikasi.
8. Sampaikan
pesan dengan lembut dan bijak,jangan berlaku kasar dalam komunikasi.
9. Gunakan
bahasa dan media yang tepat,sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan
komunikasi.
10. Pilih waktu,suasana dan tempat yang
tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi.
Dengan sepulu “Jurus Komunikasi” ini,
kita dapat menciptakan hubungan yang tak lekang oleh waktu.Karena komunikasi
tingkat tinggi itu penting dalam membina hubungan yang hangat walaupun terpisah
oleh jarak ribuan kilometer.Oleh karena itu kegagalan dalam berkomunikasi
menyebabkan kehilangan kesempatan terbaik dalam hidup kita. Semuai ini akan berlabu dipulau
keberhasilan,tentunya harus dimulai dengan self communication yaitu komunikasi
dengan diri sendiri,ini merupakan dialog internal dengan diri sendiri sepanjang
hari.Hal ini akan terpancar dari sikap yang ditampilkan,dengan demikian untuk
selanjutnya self communication berperan untuk membangun patner
communication(komunikasi dengan pasangan)yang hangat dan mesrah.
Kedua,”Farfa’
bidhammin” yang artinya mari galang kebersamaan,yaitu dalam hubungan rumah
tangga diperlukan adanya menjalin kebersamaan dalam keluarga.Kebersamaan dalam
hal ini tidak sekedar kehadiran fisik belaka,namun adanya keterlibatan emosi
pada seluruh anggotanya.Kebersamaan yang terjalin dengan kualitas yang
bagus,tidak akan berpengaruh oleh kuantitas waktunya,dalam arti yang lebih luas
kebersamaan dapat diartikan sebagai kekompakan.Karena suami dan istri adalah
dua insan yang berbeda karakter,sehingga diperlukan suatu kekompakan dan
kebersamaan dalam meraih sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Ada banyak sarana yang bisa kita
mamfaatkan untuk membina kebersamaan dalam keluarga antara lain:Bercanda
bersama,bermain bersama,belajar bersama,makan bersama dan sebagainya.Dengan
demikian kebersamaan dalam keluarga akan memotivasi keterbukaan dalam keluarga.
Ketiga,”Wansiban
fathan”,Yaitu adanya transparansi dalam hubungan suami dan istri.Artinya
diperlukan manajemen yang transparan dalam suatu rumah tangga,sehingga dapat
menyehatkan dan juga dapat memberikan dampak positif dalam menjaga stabilitas
rumah tangga terhadap bentuk-bentuk virus penyakit dalam rumah tangga,seperti
rasa curiga,perselingkuhan,rasa tidak dihargai dan tidak bisa berbagi.
Keempat,”Wajur
kasran”,yang artinya hindari perpecahan.Maksudnya pasangan suami istri
harus mampu mengelolah komflik keluarga.Karena keluarga sakinah bukan berarti
keluarga tanpa masalah,tapi lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelolah
konflik yang terjadi didalamnya.Secara garis besar,ada tiga jenis manajemen
konflik dalam rumah tangga,yaitu mencegah terjadinya konflik,mengelolah konflik
bila terlanjur berlangsung,dan membangun kembali perdamaian setelah konflik
redah.
Kelima,”Kadzikrullahi
abdahu yasur”,yaitu dengan berdzikir kepada Allah,maka seorang hamba akan
jadi bahagia.Pada pilar pamungkas ini yaitu berdoa kepada Allah,dengan memohon
pertolonganNya agar keluarga yang kita bangun menjadi keluarga yang sakinah
mawaddah warahmah.Karena doa adalah otak dan sarinya ibadah,yang mengandung
arti mengakui atas kelemahan diri dan meyakinkan atas kekuatan dan kekuasaan
Allah SWT.Sebab hanya dengan ridha Allah semuanya bisa terwujud,termasuk
membangun keluarga sakinah.
Dari diskripsi ini dapat kita tarik
benang merahnya,bahwa untuk menggapai keluarga sakianah dibutuhkan pilar-pilar
yang kokoh yaitu:adanya komunikasi yang baik ,menjalin
kebersamaan,transparansi,hindari perpecahan,dan banyak berdoa.Insyaallah dengan
yakin,dengan lima pilar ini kita dapat menggapai bahtera keluarga bahagia,yang
berlabu didermaga keluarga sakinah mawaddah warahmah.Wallahu a’lam bisshowab.
No comments:
Post a Comment